Pengobatan 9 Jenis Anemia (Penyebab, Gejala & Pecegahan Amenia)

Keadaan dimana tubuh kekurangan sel darah yang mengandung hemoglobin menyebabkan terjadinya penyakit anemia.

Penderita anemia akan mengalami mudah lelah, sering merasa lemas, susah konsentrasi dan gangguan pada aktivitas sehari-hari, dimana penyebaran oksigen di dalam tubuh tidak berjalan optimal.

Anemia
Photo credit: Shutterstock.com / By Gladskikh Tatiana

Pengobatan anemia sangat tergantung dari penyebab yang melatar belakangi penyakit.

Berikut gejala-gejala anemia yang penting diketahui:
  • Sulit Berkonsentrasi.
  • Mudah lelah (padahal tidak melakukan pekerjaan berat).
  • Merasa lemas sehingga sulit melakukan kegiatan.
  • Sering mengalami kepala pusing dan berkunang-kunang.
  • Detak jantung tidak beraturan.
  • Muncul rasa nyeri pada dada.
  • Napas cenderung pendek-pendek.
  • Tangan dan kaki terasa dingin.
  • Kulit tampak pucat.
  • Susah tidur.
  • Muncul rasa sakit pada kepala.
  • Muncul kram pada kaki.

Kemunculan gejala anemia bisa saja tidak disadari oleh penderitanya, hal ini tidak jarang terjadi. Jika kondisi anemia memburuk maka gejala akan semakin terlihat atau dirasakan.

Anak-anak yang mengalami anemia akan menampakan gejala seperti susah fokus, lebih rewel, nafsu makan menurun, sistem kekebalan tubuh melemah, wajah pucat dan 5L (lesu, lemah, letih, lelah, lunglai).

Bagi orang-orang yang sering mengalami rasa lelah yang tidak wajar atau tubuh selalu terasa lemas, maka hendaknya berkonsultasi ke dokter.

Penyebab Anemia

Terjadinya masalah anemia yaitu ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang mengandung hemoglobin. Umumnya penyebab anemia yaitu:
  • Tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup.
  • Adanya masalah kelainan pada reaksi tubuh sehingga justru menghancurkan sel darah merah yang sehat.
  • Adanya masalah perdarahan sehingga tubuh kehilangan darah dalam jumlah banyak, sedangkan produksi darah di dalam tubuh tidak mampu menutupi masalah kekurangan darah tersebut.

Berikut jenis-jenis anemia berdasarkan penyebabnya:

Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi
Ini merupakan jenis anemia jenis yang paling sering muncul dibandingkan jenis anema lainnya. Kondisi tubuh yang kekurangan asupan zat besi bisa mengakibatkan terjadinya anemia, hal itu karena sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk proses produksi sel darah.

Resiko terkena anemia bisa semakin tinggi pada wanita hamil yang kekurangan zat besi. Selain itu, pemakaian dalam frekuensi tinggi obat pereda nyeri (misalnya aspirin) juga meningkatkan resiko anemia.

Orang-orang yang mengalami anemia akibat kekurangan asupan zat besi akan menampakan gejala berupa:
  • Bagian sudut mulut timbul pecah-pecah dan rasa yang kering
  • Memiliki nafsu makan aneh (hal ini dinamakan pica) seperti makan tanah, pasir, kertas, kapur, cat atau semacamnya.
  • Kuku cenderung melengkung ke atas (koilonychia).

Penyebab pica sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Namun, beberapa peneliti menduga kurangnya zat besi (atau anemia) memicu nafsu makan yang aneh dan tidak masuk akal tersebut. Penyakit pica dapat terjadi pada anak-anak, ibu hamil dan orang dewasa.


Anemia Akibat Kekurangan Vitamin
Asupan vitamin B12 dan asam folat diperlukan dalam proses produksi sel darah merah di dalam tubuh.

Kekurangan vitamin B12 dan asam folat mengakibatkan produksi sel darah merah tidak optimal atau tidak mencukupi kebutuhan, sehingga munculah masalah anemia.

Dalam kejadian tertentu, ada orang-orang yang mengalami gangguan lambung (pencernaan) sehingga tubuhnya tidak mampu menyerap vitamin B12 dengan baik, hal ini kemudian menyebabkan penyakit anemia pernisiosa.

Umumnya anemia yang terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin B-12 dan asam folat menimbulkan gejala berupa:
  • Hilangnya (menurunnya) kepekaan indera peraba.
  • Munculnya kekakuan pada kaki dan tangan.
  • Agak sulit berjalan.
  • Munculnya rasa geli pada tangan dan kaki.
  • Mengalami demensia.

Demensia merupakan sindrom yang berkaitan dengan penurunan kemampuan otak seperti menurunnya kemampuan berpikir, daya ingat, tingkat pemahaman, kemampuan bahasa, kecerdasan mental dan kemampuan menimbang permasalahan. Demensia umumnya dialami orang-orang di atas umur 65 tahun.

Anemia Akibat Penyakit Kronis
Penyakit kronis dapat menyebabkan beberapa perubahan pada fungsi tubuh, terutama pada mekanisme pembentukan sel darah merah di dalam tubuh.

Penyakit tertentu juga bisa memicu terjadinya anemia yaitu penyakit-penyakit yang memiliki dampak berupa menghambat pembentukan sel darah merah di dalam tubuh.

Penyakit kronis yang bisa memicu terjadinya anemia yaitu:
  • HIV/AIDS
  • Penyakit ginjal
  • Penyakit peradangan kronis. 
  • Penyakit Crohn
  • Rheumatoid arthritis
  • Kanker

Anemia akibat penyakit kronis menimbulkan beberapa macam gejala seperti urine cenderung berwarna merah atau cokelat, warna mata dan kulit agak kekuningan, atau borok pada kaki.

Penderita penyakit gangguan ginjal bisa berisiko terkena anemia. Hal itu karena penyakit ginjal menyebabkan gangguan produksi hormon EPO dan malabsorbsi zat besi.

Selain itu, penderita gagal ginjal yang menjalani pengobatan cuci darah bisa mengalami anemia karena defisiensi (kekurangan) zat besi dan asam folat.

Ada dua jenis kanker yang bisa menyebabkan masalah anemia yaitu kanker limfa dan kanker payudara. Beberapa hal seperti kemoterapi, paparan radiasi dan penyebaran sel kanker hingga sumsum tulang bisa menyebabkan anemia.

Masalah Infeksi ataupun inflamasi dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh memproduksi protein sitokin yang nantinya berfungsi sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tubuh.

Akan tetapi keberadaan sitokin ini bisa menghambat proses penyerapan zat besi dalam darah dan mempengaruhi respon tubuh terhadap EPO, hal ini nantinya bisa mengakibatkan anemia.

Penyakit infeksi kronis yang bisa mengakibatkan anemia yaitu endokarditis (infeksi pada jantung), osteomyelitis (infeksi tulang), sifilis, tuberkulosis, dan HIV/AIDS.

Beberapa jenis penyakit degeneratif bisa memicu inflamasi kronis yang kemudian meningkatkan resiko anemia.

Jenis-jenis penyakit degeneratif tersebut seperti rheumatoid arthritis, lupus, dan inflamasi usus (inflammatory bowel disease / IBD).


Anemia Aplastik
Terjadinya anemia aplastik bisa akibat infeksi, penyakit autoimun, efek samping obat, hingga terkena paparan zat kimia yang beracun.

Jenis anemia ini jarang terjadi dibandingkan jenis-jenis anemia lainnya, tapi jika kondisinya memburuk bisa menimbulkan bahaya yang serius.

Pada kondisi anemia aplastik, tubuh tidak bisa memproduksi sel darah merah secara maksimal atau sesuai kebutuhan yang seharusnya.

Anemia Sel Sabit (Sickle Cell Anemia)
Terjadinya anemia ini akibat bentuk hemoglobin yang tidak normal, dimana sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit (bukan bulat bikonkaf).

Anemia Sel Sabit
Sel Sabit | Photo credit: Kidshealth.org

Sel Sabit
Photo credit: Dreamstime.com / © Designua

Sel darah merah berbentuk sabit mempunyai waktu hidup yang lebih pendek dibandingkan sel darah merah normal.

Jenis anemia ini bersifat genetis. Adapun gejala yang ditimbulkan dari anemia sel sabit yaitu mudah lelah, mengalami rasa nyeri cukup menyakitkan (umumnya pada bagian perut, sendi, anggota gerak), dan rentan mengalami infeksi.

Anemia Akibat Penyakit Sumsum Tulang
Adanya gangguan pada produksi sel darah merah di sumsum tulang merupakan hal yang tidak boleh dipandang remeh karena dapat menyebabkan anemia.

Terjadinya gangguan produksi sel darah merah bisa juga karena penyakit berbahaya seperti leukemia.

Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik merupakan sebuah kondisi dimana hancurnya sel darah merah (eritrosit) lebih cepat dibandingkan pembentukannya. Terjadinya bisa dipicu oleh faktor dari dalam sel darah merah (intrinsik) dan faktor dari luar sel darah merah (ekstrinsik).

Untuk faktor dari dalam sel darah merah, anemia hemolitik disebabkan kondisi sel darah merah yang tidak normal, dimana sel darah merah tidak memiliki masa hidup yang normal. Anemia hemolitik intrinsik ini dapat dipengaruhi faktor genetik.

Untuk faktor dari luar, anemia hemolitik disebabkan oleh respons sistem imun yang merangsang limpa untuk banyak menghancurkan sel darah merah.

Munculnya masalah anemia hemolitik ekstrinsik ini bisa terjadi akibat efek samping dari penggunaan obat-obatan seperti ibuprofen, paracetamol, chlorpromazine, antibiotik (metisilin, penisilin, ampisilin), interferon, procainamide, rifampin.

Anemia hemolitik berat bisa terjadi akibat kesalahan transfusi darah (golongan darah pendonor dan penerima tidak cocok) yang nantinya antibodi yang terkandung dalam plasma darah akan menyerang sel darah merah pada darah yang didonorkan.

Keadaan ini mengakibatkan kerusakan sel darah merah yang parah dan secara luas di dalam tubuh.

Gejala anemia hemolitik umumnya yaitu mudah lelah, kulit pucat, mata berkunang-kunang, kepala terasa berat, pusing, demam dan tidak mampu mengerjakan pekerjaan berat.

Gejala anemia hemolitik hampir sama dengan anemia jenis lainnya, sehingga perlu dilakukan diagnosis lebih lanjut agar bisa mengetahuinya secara pasti.

Pada beberapa kasus, gejala yang muncul pada penderita anemia hemolitik yaitu kulit dan mata cenderung menguning, warna urine cenderung gelap, denyut jantung meningkat, serta pembesaran limpa dan hati.

loading...

Fakor Risiko Anemia

Berikut berbagai hal yang bisa meningkatkan risiko terkena anemia:
  • Gangguan pencernaan pada usus. Dimana penyerapan nutrisi di usus tidak berjalan dengan baik.
  • Menstruasi. Dimana wanita dapat kehilangan darah saat terjadinya menstruasi.
  • Mengandung. Ibu hamil yang tidak mengonsumsi suplemen asam folat atau mencukupi kebutuhan nutrisi penting akan terkena risiko anemia.
  • Riwayat anemia di keluarga. Resiko anemia meningkat pada seseorang yang mempunyai anggota keluarga dengan riwayat anemia bawaan. 
  • Faktor usia. Orang-orang berusia di atas 75 tahun beresiko terkena anemia akibat kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
  • Kekurangan vitamin dan zat besi.
  • Penyakit kronis. 
  • Penyakit autoimun.
  • Efek samping dari obat yang dikonsumsi.
  • Kelainan darah.
  • Infeksi.
  • Terkena zat kimia beracun.
  • Kecanduan alkohol.

WHO menyebut anemia merupakan kondisi kurangnya kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari kadar normal. Jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologi tubuh.

Hemoglobin terbentuk dari gabungan zat besi (Fe) dan protein yang ada di dalam sel darah merah. Apabila terjadi kekurangan pada salah satunya saja dari Fe, protein, vitamin A, vitamin B12 atau asam folat, mengakibatkan kadar hemoglobin juga berkurang, sehingga terjadilah anemia.

Anemia tidak hanya menyebabkan rasa lemas dan lesu, tapi juga bisa menyebabkan potensi kecerdasan menurun

Anemia lebih sering dialami perempuan. Masalah anemia jangan dibiarkan karena bisa berlanjut dari remaja ke dewasa, pada wanita hamil bisa menyebabkan anemia menurun pada bayi.

Yang disayangkan, Tablet Tambah Darah (TTD) yang merupakan solusi sementara dalam mengatasi anemia kurang disosialisasikan, selain itu TTD juga tampaknya tidak disukai oleh para remaja putri dan ibu hamil.

Pengobatan Anemia

Pengobatan anemia dilakukan berdasarkan penyebab utamanya. Penting diketahui bahwa pengobatan anemia harus berdasarkan penyebabnya, hal itu karena pengobatan untuk satu jenis anemia bisa berbahaya untuk anemia jenis lain.

1. Pengobatan Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi
Mengonsumsi suplemen penambah zat besi menjadi hal yang umum dalam mengatasi masalah anemia yang berkaitan dengan defisiensi zat besi. Selain itu, penderita juga harus meningkatkan asupan makanan yang mengandung zat besi tinggi.

Dokter kemungkinan akan memberikan vitamin C yang manfaatnya untuk meningkatkan penyerapan zat besi.

Penggunaan suplemen penambah zat besi hendaknya sesuai dengan petunjuk dokter, karena jika penggunaannya berlebihan dapat menimbulkan efek samping berupa rasa mual, diare, sakit kepala dan nyeri sendi.

Konsumsi suplemen disarankan dilakukan setelah mengonsumsi makanan, hal ini untuk meminimalisir efek samping yang timbul tersebut.

Dari artikel berjudul Iron Deficiency Anemia (Healthline.com), pengobatan anemia akibat defisiensi (kekurangan) zat besi yaitu dengan pemberian suplemen zat besi, serta menjaga pola makan yang sehat dan seimbang.

Suplemen zat besi dapat secara efektif membantu mengembalikan kadar zat besi dalam tubuh. Jika memungkinkan, konsumsilah tablet suplemen zat besi dalam keadaan perut kosong agar bisa terserap lebih optimal.

Pasien anemia mungkin perlu mengonsumsi suplemen selama beberapa bulan. Adapun efek samping dari suplemen zat besi yaitu konstipasi dan tinja berwarna hitam.

Makanan yang bermanfaat untuk membantu mengobati atau mencegah defisiensi zat besi yaitu daging merah, sayuran berdaun hijau gelap, buah kering, dan sereal yang diperkaya zat besi.

Selain itu, konsumsi juga asupan yang mengandung vitamin C tinggi karena dapat membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh.

Dokter mungkin akan menyarankan Anda mengonsumsi suplemen zat besi yang diiringi dengan mengonsumsi asupan yang kaya akan vitamin C, seperti buah jeruk atau jus jeruk.

Perlu diketahui, mengonsumsi suplemen zat besi tidak akan bisa mengatasi anemia jika terjadi pendarahan berlebih yang menyebabkan defisiensi.

Dalam kasus pendarahan yang parah, transfusi darah dilakukan untuk menggantikan zat besi dan kehilangan darah.

Khusus pada wanita yang mengalami menstruasi berat, dokter mungkin akan meresepkan pil KB untuk mengurangi jumlah pendarahan akibat menstruasi.

Sebagai pemberitahuan, makanan yang mengandung zat besi tinggi, yaitu:
  • Sayuran hijau, seperti bayam
  • Daging sapi, domba dan ayam
  • Telur
  • Kismis dan buah kering lainnya
  • Kacang polong
  • Labu
  • Makanan laut, seperti udang, kerang, sarden, dan tiram
  • Serealia kering yang diperkaya zat besi

Makanan yang tinggi vitamin C seperti:
  • Buah jeruk, nanas, stroberi, pepaya, kiwi, jambu biji, melon, dan mangga
  • Brokoli
  • Sayuran hijau
  • Tomat
  • Paprika merah dan hijau
  • Bunga kol

Konsumsi terlalu sedikit zat besi dalam waktu yang lama menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi tersebut. Zat besi sangat penting, terutama pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.

Dokter dapat mendiagnosis anemia akibat defisiensi zat besi dengan cara tes darah lengkap (CBC). Tes CBC mengukur jumlah semua komponen dalam darah seperti sel darah merah, sel darah putih (leukosit), hemoglobin, hematokrit dan trombosit.

Dokter mungkin melakukan tes darah tambahan untuk menentukan seberapa parah anemia dan sebagai pertimbangan bentuk perawatan. Tes ini bertujuan untuk mengecek tingkat zat besi dalam darah, ukuran dan warna RBC, kadar ferritin, jumlah transferin yang membawa zat besi.

Sebagian besar kasus anemia akibat defisiensi zat besi tidak menyebabkan komplikasi jika diobati dengan baik, jika tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi berupa detak jantung tidak teratur, gagal jantung, kelahiran prematur, serta gangguan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak.

Loading...

2. Pengobatan Anemia Akibat Kekurangan Vitamin
Untuk mengatasi masalah anemia akibat kekurangan vitamin, maka hal sederhana yang harus selalu diingat yaitu pastikan mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin B12 atau asam folat.

Kemungkinan dokter juga menyarankan penggunaan suplemen kandungan tersebut.

Dalam kasus tertentu, dimana terjadi gangguan penyerapan asam folat dan vitamin B12 pada tubuh pasien, maka dokter akan melakukan tindakan berupa injeksi vitamin B12 secara rutin.

Dari artikel berjudul Folic Acid Deficiency Anemia (Healthline.com), kekurangan folat (vitamin B9) dalam darah menyebabkan anemia, dimana folat diperlukan oleh tubuh dalam memproduksi sel darah merah baru.

Jika tubuh kekurangan asam folat, mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan kadar asam folat dapat mengatasi atau mengurangi masalah anemia.

Asam folat memiliki manfaat lain yang penting yaitu mencegah kanker usus besar dan penyakit jantung.

Asam folat adalah versi sintetis dari folat vitamin (disebut juga B9). Tubuh bisa kehilangan B9 saat berkeringat dan buang air kecil, sehingga asupan ini perlu dipenuhi setiap harinya.

Gejala tubuh yang kekurangan asam folat yaitu muncul sariawan, kelelahan, lidah bengkak dan gangguan pertumbuhan.

Penyakit anemia akibat kekurangan vitamin B9 atau asam folat akan menimbulkan gejala berupa rasa pusing, kelelahan, mudah marah, merasa dingin, kulit pusat, sakit kepala, sulit bernafas, diare, kehilangan nafsu makan dan susah berkonsentrasi.

Mengonsumsi obat-obatan tertentu atau minuman beralkohol dapat menyebabkan anemia (karena mengganggu penyerapan folat).

Makanan yang kaya asam folat yaitu buah jeruk, sayuran hijau, bayam dan sereal yang diperkaya vitamin.

Untuk mengobati anemia akibat defisiensi asam folat, cara termudah adalah mengonsumsi tablet asam folat setiap hari hingga pulih. Konsultasikan dengan dokter dalam penggunaan suplemen asam folat.

Selain mengonsumsi suplemen asam folat, Anda juga harus mengonsumsi makanan yang tinggi asam folat. Pilihlah makanan segar dan usahakan menghindari makanan yang digoreng.

3. Pengobatan Anemia Akibat Penyakit Kronis
Untuk pengobatan jenis anemia ini sangat bergantung dari penyakit yang melatar belakanginya.

Apabila kondisi anemia memburuk, dokter kemungkinan akan mengambil tindakan transfusi darah ataupun injeksi eritropoietin (suatu hormon yang berfungsi untuk meminimalisir rasa lelah dan mendorong produksi darah agar meningkat).

4. Pengobatan Anemia Aplastik
Pengobatan anemia aplastik umumnya diawali dengan tindakan transfusi darah yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dalam waktu singkat.

Setelah itu, kemungkinan dokter mempertimbangkan dan menyarankan untuk dilakukannya tindakan pencangkokan sumsum tulang (jika kondisi sumsum tulang sudah tidak mampu memproduksi sel darah merah yang sehat).

5. Pengobatan Anemia Sel Sabit (Sickle Cell Anemia)
Pengobatan jenis anemia ini umumnya diawali dengan tindakan mengganti sel darah merah yang rusak melalui proses transfusi darah, pemberian suplemen asam folat dan antibiotik.

Tindakan selanjutnya, kemungkinan dokter memberikan obat penghilang rasa sakit dan menambahkan cairan melalui intravena atau oral.

Dalam kondisi tertentu, dokter akan mempertimbangkan untuk melakukan tindakan pencangkokan sumsum tulang dalam mengobati anemia sel sabit.

Obat untuk kanker hidroksiurea juga ada kemungkinan digunakan dalam pengobatan jenis anemia ini.

Dari artikel berjudul Sickle Cell Anemia (Healthline.com), sel darah merah abnormal yang bentuknya menyerupai sabit akan mudah terjebak di pembuluh kecil, sehingga menghambat aliran darah untuk mencapai bagian tubuh tertentu.

Dalam mendiagnosis anemia akibat sel sabit, dokter akan memeriksa Anda jika mengalami gejala berupa:
  • Nyeri akut di tangan dan kaki
  • Bisul pada kaki
  • Pembesaran limpa yang menyakitkan
  • Infeksi saluran pernafasan
  • Rasa sakit yang parah pada tulang
  • Masalah jantung

Beberapa tes darah mungkin dilakukan pada pasien.

Perawatan dalam penanganan anemia sel sabit, yaitu:
  • Rehidrasi dengan cairan intravena untuk membantu sel-sel darah merah kembali ke keadaan normal. Perlu diketahui, sel darah merah cenderung mengalami kerusakan bentuk menjadi seperti sabit jika tubuh sedang mengalami dehidrasi.
  • Mengobati infeksi yang mendasari penyakit. Infeksi dapat menyebabkan masalah sel sabit. 
  • Obat nyeri untuk menghilangkan rasa sakit selama krisis sel sabit. Pasien mungkin membutuhkan obat pereda rasa sakit yang kuat.
  • Transfusi darah untuk meningkatkan transportasi oksigen dan nutrisi sesuai kebutuhan. 
  • Oksigen tambahan diberikan melalui masker, bertujuan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
  • Imunisasi untuk mencegah infeksi. Penderita anemia sel sabit cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
  • Transplantasi sumsum tulang. 

Hal-hal lainnya yang perlu pasien lakukan yaitu minum lebih banyak air untuk mengurangi resiko krisis sel sabit, konsumsi suplemen asam folat (berdasarkan aturan dokter), berolahragalah secara rutin, dan hindari stres.

Jika Anda mengalami infeksi maka segera hubungi dokter, karena pengobatan infeksi dengan segera akan mencegah kondisi yang parah.


6. Pengobatan Anemia Akibat Penyakit Sumsum Tulang
Pengobatan anemia jenis ini juga bergantung dari kondisi penyakit yang diderita pasien. Dalam kasus tertentu, pengobatannya bisa berupa tindakan prosedur kemoterapi ataupun pencangkokan sumsum tulang.

7. Pengobatan Anemia Hemolitik
Penanganan anemia hemolitik diawali dengan menjauhi penggunaan obat yang mempunyai efek samping hemolisis.

Kemudian melakukan upaya penyembuhan infeksi yang menjadi penyebab hemolitik. Ada kemungkinan dilakukan tindakan imunosupresan untuk meminimalisir sistem imun yang merusak sel darah sehat.

Pada dasarnya, penanganan anemia hemolitik bermacam-macam tergantung penyebab yang melatar-belakangi penyakit.

Dari artikel berjudul What Is Drug-Induced Immune Hemolytic Anemia? (Healthline.com), beberapa obat dapat menyebabkan gangguan yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh justru menilai sel darah merah sebagai penyerbu asing yang berbahaya. Sehingga sistem kekebalan tubuh menyerang sel darah merah yang sehat.

Sistem kekebalan tubuh memecah sel-sel darah merah sehat yang akhirnya memicu terjadinya anemia.

Anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki sel darah merah yang cukup untuk membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh.

Beberapa obat yang diketahui menyebabkan anemia hemolitik yaitu ibuprofen, penisilin, antibiotik cephalosporin, methyldopa, dapson, nitrofurantoin, phenazopyridine, quinidine, levofloxacin, levodopa (obat penyakit Parkinson), dan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).

Siapa pun dapat memiliki reaksi terhadap obat-obatan ini, pada dasarnya tidak ada cara untuk mengetahui apakah obat-obatan tertentu menimbulkan reaksi, itu baru bisa diketahui setelah mengonsumsinya.

Berikut gejala anemia hemolitik (akibat mengonsumsi obat-obatan), yaitu:
  • Kulit pucat
  • Kelelahan
  • Sesak napas
  • Urine gelap
  • Denyut jantung cepat
  • Menguningnya kulit atau putih mata

Penderita mungkin akan segera merasakan gejala seperti itu setelah mengonsumsi obat-obatan tersebut.

Dalam mendiagnosis anemia hemolitik, dokter melakukan pemeriksaan fisik dan mencari tahu tentang peradangan di limpa.

Limpa dapat meradang akibat bekerja terlalu keras untuk menyaring dan membersihkan semua sel darah merah yang rusak.

Untuk mengatasi anemia hemolitik, dokter tampaknya akan menginstruksikan agar pasien tidak mengonsumsi obat yang menyebabkan reaksi.

Dalam kasus yang parah, pasien memerlukan transfusi darah untuk membersihkan darah dari sel yang tidak sehat dan mengisinya dengan sel darah merah yang sehat.

8. Pengobatan Anemia Akibat Perdarahan
Anemia ini terjadi karena penderita mengalami perdarahan (atau kehilangan darah) dalam kadar yang banyak, hal pertama yang perlu segera dilakukan yaitu mengobati sumber perdarahan.

Kemudian, barulah penderita menjalani proses transfusi darah, oksigen, serta diberikan suplemen penambah darah (umumnya mengandung tinggi vitamin dan zat besi).


9. Pengobatan Thalassemia
Thalassemia adalah kelainan darah dimana jumlah protein pembawa oksigen kurang dari jumlah normal. Masalah ini cukup langka (kurang dari 150 ribu kasus per tahun di Indonesia).

Tindakan medis yang kemungkinan dilakukan untuk mengobati Thalassemia yaitu konsumsi suplemen asam folat, transfusi darah, splenektomi (prosedur pengangkatan limpa), ataupun pencangkokan sumsum tulang dan sel punca darah.

Pengobatan Thalassemia membutuhkan diagnosis medis dan selalu memerlukan uji atau pencitraan laboratorium.

Dari artikel berjudul Thalassemia (Healthline.com), thalasemia adalah kelainan darah yang dimana bentuk hemoglobin abnormal. Hemoglobin merupakan molekul protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen.

Gangguan ini menyebabkan kerusakan sel darah merah yang memicu masalah anemia. Talasemia bisa diturunkan secara genetik.

Thalassemia terjadi ketika ada kelainan atau mutasi pada salah satu gen yang terlibat dalam produksi hemoglobin.

Gejala-gejala yang paling umum yaitu urine berwarna gelap, kulit kuning atau pucat dan kelelahan yang parah.

Jika hanya satu orang tua Anda yang menjadi pembawa thalassemia, kemungkinan Anda hanya terkena talasemia minor. Tapi jika kedua orang tua Anda adalah pembawa thalassemia, Anda beresiko terkena penyakit yang lebih serius.

Dalam diagnosis thalassemia, dokter akan mengambil sampel darah pasien, lalu sampel darah dibawa ke laboratorium untuk diuji. Teknisi laboratorium juga akan melihat darah di bawah mikroskop untuk melihat apakah sel darah merah berbentuk aneh.

Jika bentuk sel darah merah abnormal maka itu adalah tanda thalassemia. Teknisi laboratorium juga akan melakukan tes elektroforesis hemoglobin untuk memisahkan berbagai molekul dalam sel darah merah, yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis abnormal pada sel darah merah.

Dokter akan memberikan bentuk pengobatan yang paling cocok atau yang bekerja paling baik untuk kasus Anda.

Beberapa bentuk perawatan medis yang mungkin dilakukan dokter yaitu:
  • Transfusi darah
  • Pemberian obat-obatan dan suplemen
  • Transplantasi sumsum tulang
  • Operasi mengangkat limpa / kandung empedu

Penderita talasemia ringan biasanya akan dapat menjalani kehidupan normal. Adapun dalam kasus yang parah, talasemia dapat menyebabkan komplikasi berupa gagal jantung.

Thalassemia terjadi karena kelainan genetik sehingga tidak ada cara untuk mencegahnya. Tapi penderita masih bisa melakukan upaya pencegahan komplikasi. Selain vaksin hepatitis dan perawatan medis yang sedang berlangsung, penderita harus menjalani pola makan sehat dan melakukan olahraga yang ruin.

Lakukan olahraga dengan intensitas sedang, karena olahraga berat justru akan memperburuk kondisi.

Olahraga dengan intensitas sedang yang bisa Anda lakukan seperti:
  • Berjalan kaki
  • Lari santai
  • Bersepeda
  • Berenang

Kuncinya, lakukanlah olahraga yang Anda nikmati untuk bisa terus bergerak, dan hindari olahraga terlalu berat dan lama.

Penderita thalassemia perlu membatasi asupan tinggi zat besi jika sudah memiliki kadar zat besi yang tinggi dalam darahnya.

Dokter mungkin menginstruksikan untuk tidak mengonsumsi suplemen zat besi. Orang yang menerima transfusi darah akan menerima zat besi ekstra yang sulit disingkirkan.

Jika zat besi menumpuk di jaringan tubuh maka dapat menyebabkan bahaya yang fatal.

Jika Anda Pergi ke Dokter

Dokter memiliki beberapa langkah diagnosis untuk mencari tahu apakah seseorang positif terkena anemia atau tidak, berikut di bawah ini:
  • Dokter akan melakukan pemeriksaan sel darah untuk mengetahui jumlah sel darah merah yang ada di dalam darah.
  • Pemeriksaan bentuk dan ukuran sel darah untuk mengetahui struktur sel darah merah, dokter ingin memastikan apakah struktur dan warna sel darah merah nomal atau tidak. Pemeriksaan ini ditekankan pada penderita anemia sel sabit.
  • Pemeriksaan sumsum tulang, bertujuan untuk mengetahui keadaan fungsi sumsum tulang dalam meregenerasi sel darah.
  • Jika dokter menduga penyebab anemia akibat tubuh penderita kekurangan zat besi, dokter akan melakukan pemeriksaan serum ferritin. Jika kadar serum ferritin rendah maka menandakan (kemungkinan besar) kekurangan zat besi sebagai penyebab anemia.
  • Jika diperkirakan anemia disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam folat, maka dokter melakukan pemeriksaan kadar kedua kandungan tersebut dalam tubuh pasien.

Beberapa pertanyaan yang mungkin diajukan dokter kepada pasien anemia:

Apa saja makanan yang dikonsumsi pasien sehari-hari?
Tujuan pertanyaan ini untuk mengetahui apakah pasien mencukupi kebutuhan asupan vitamin B-12, asam folat dan zat besi.

Apakah pasien sedang mengonsumsi obat tertentu?
Pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasien sedang mengonsumsi jenis obat yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pada lambung atau usus (contohnya obat ibuprofen dan aspirin).

Apakah pasien sedang mengalami menstruasi?
Menstruasi yang berdurasi panjang, berjarak sangat dekat, dan pendarahan dalam kadar tinggi bisa mengakibatkan anemia.

Dokter juga akan menanyakan jadwal donor pasien, untuk mengetahui apakah dalam waktu dekat ini pasien pernah melakukan donor darah.

Hal lain yang ditanyakan dokter yaitu riwayat kesehatan keluarga, dokter akan mencari tahu apakah ada anggota keluarga dari pasien yang mengalami anemia, kelainan darah, atau perdarahan gastrointestinal.

Dokter juga ada kemungkinan melakukan pemeriksaan fisik pasien, seperti:
  • Pemeriksaan pada bagian perut untuk mengetahui apakah ada perdarahan internal pada saluran pencernaan.
  • Pemeriksaan rektal untuk mengetahui apakah terjadi kelainan (seperti pendarahan) pada anus dan usus bagian bawah.
  • Pemeriksaan berbagai gejala gagal jantung (salah satunya yaitu pembengkakan pergelangan kaki). Hal itu karena gagal jantung memiliki gejala yang mirip dengan anemia.

Kebiasaan Buruk Penyebab Anemia dan Cara Mengatasinya

Bagi orang-orang yang memiliki kebiasaan minum teh hijau setelah makan (mungkin bertujuan untuk meluruhkan lemak tubuh) maka hendaknya mencoba mengurangi kebiasaan tersebut. Demikian juga bagi yang memiliki “hobi” minum kopi, susu atau teh setelah makan.

Hal-hal tersebut ternyata kurang baik, karena meminum teh, kopi dan susu setelah makan bisa menyebabkan tubuh kehilangan Fe (zat besi) yang kemudian akan meningkatkan resiko anemia.

Teh dan kopi memiliki kandungan tanin, phitat dan lainnya yang bisa mengikat zat besi sehingga sulit diserap. Agar bisa mengatasinya maka buatlah jarak waktu minimal dua jam setelah makan untuk minum teh, teh hijau, kopi ataupun susu.

Paling sering penyebab anemia adalah akibat kekurangan zat besi, itu sekitar 60-70 persen kasus anemia secara umum.

Diagnosa anemia umumnya memerlukan tes darah, karena anemia memiliki gejala serupa defisiensi zat gizi lain sehingga sulit dipastikan.

Agar dapat “selamat” dari masalah anemia, maka upaya sementara yang bisa dilakukan oleh remaja putri dan ibu hamil yaitu pastikan mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan mengkonsumsi tablet tambah darah. Hal ini perlu segera dilakukan khususnya sejak wanita mulai pertama kali menstruasi.

Ketika seorang wanita mengalami menstruasi dimana sel darah merahnya keluar, maka dengan begitu zat-zat penting seperti protein, zat besi, dll juga ikut keluar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berlebihan Puji Kepintaran Anak akan Merusak Motivasi Belajarnya

Penyebab Diare Pada Anak (Gejala dan Penanganannya)

32 Cara Meningkatkan Nafsu Makan (Untuk Orang Dewasa & Anak)